Selasa, 24 November 2009

Positif Negatif UN di Kaca Mata siswa

Ujian Nasional tinggal sebentar lagi cuy! Ya emang begitulah kenyataannya. Harusnya Ujian Nasional pada awalnya kan dilaksanakan pada bulan April, tapi malahan maju ke bulan MARET!!!

Yah emang ujian nasional harus dihadapi bukan malah dihindari dengan cara males malesan belajar ato boykot ujian nasional gitu deh.

Saya pernah baca di koran kalo ternyata banyak bangeeet siswa yang gak ikut UN, itu merupakan hasil yang cukup mengecewakan. Berarti masih banyak siswa yang gak setuju sama UN kan, tetapi kalo saya pribadi sih setuju-setuju aja sama UN. Yah kan itung itung buat ngukur kemampuan.

Ujian Nasional yang mengandalkan sistem pilihan ganda sangat memungkinkan segala sesuatunya terjadi ya toh? Ada unsur spekulasi dan hoki-hokian di dalam menjawab soal-soal ujian.Menrut saya hal tersebut membuat kreatifitas para siswa tidak muncul. Nah terus Kecurangan juga sangat dimungkinkan terjadi karena jawaban-jawaban hanya disimbolkan dengan alfabet seperti “A”, “B”, “C”, dan “D’. Dengan bantuan teknologi jawaban-jawaban dapat ditransferkan oleh seseorang dengan cepat kepada para siswa yang sedang mengikuti ujian. Sebagai bukutinya kita membaca di surat kabar dan menonton di televisi bahwa ada siswa yang menangis tidak lulus karena mencontek kunci jawaban yang salah. Suatu ironi menangisi ’kebodohan’ mental. Tuh kan mangkanya jangan nyontek, hahaha sendirinya gemana?

Memang tidak selalu hal-hal negatif yang mewarnai Ujian Nasional. Pemerintah sendiri dan saya sendiri juga mengklaim bahwa dengan sistem UN seperti saat ini para siswa menjadi lebih rajin belajar. Pada satu sisi pernyataan pemerintah ini benar. Sebagian dari siswa menjadi lebih rajin dalam belajar atau mungkin ‘belajar’? Mengapa ‘belajar’? Ini diakibatkan belajar dipersempit maknanya hanya dengan membahas soal-soal. Padahal belajar lebih dari itu. Padahal belajar menurut saya itu harus dilalui dengan proses yang gak singkat, butuh yaa. pengorbanan lah istilahnya.

Tapi mungkin juga ada siswa yang gak jadi rajin karena UN. Pemerintah mungkin lupa akan adanya kecerdasan majemuk dan sifat para siswa yang memang sangat beragam. Coba saja tanyakan pada para psikolog, setiap siswa memerlukan perlakuan yang berbeda termasuk dalam hal cara belajar. Ada siswa yang ’diancam’ akan lebih giat dan rajin belajar, tetapi gak semua menjadi lebih rajin hanya dengan ancaman. Ada yang perlu penyadaran agar lebih rajin. Singkat kata tidak mungkin membuat siswa siswi kita yang jumlahnya ribuan tersebut dengan satu sistem dan metode saja walaupun metode tersebut keliatannya berhasil banget. Oleh karena itu pemerintah untuk lebih instrospeksi diri dan melihat dampak negatifnya yang sudah banyak terbukti dan bukan hanya mempertahankan argumen manfaatnya saja.


Soo....UN? menurut gue sih perlu deh tapi caranya diperbaikin yaa...
Yah segitu aja kali udah cape nulisnya nih